Belakangan ini, baru saja ada pemandangan baru di pusat kota Jakarta yang menarik pandangan mata. Pemandangan itu tak jauh dari lalu lalang karyawan kantoran yang berkendara menggunakan skuter listrik atau skateboard listrik untuk mobilitasnya. Alternatif tersebut dipilih untuk menuju Stasiun MRT dari rumah menggunakan skuter listrik, kemudian dilanjutkan dengan kereta MRT. Suatu pemandangan baru yang mulai menyerupai aktivitas masyarakat di luar negeri.
Pemandangan yang tidak akan kita temukan beberapa tahun silam. Ya, skuter listrik kini sedang jadi tren di Jakarta di tengah masalah transportasi yang tak kunjung selesai.
Para pengendara scooter atau biasa disebut otoped biasanya adalah mereka yang menempuh jarak dekat. Ketika sampai di sarana transportasinya, mereka akan melipat atau mendorong otopednya.
Berawal dari Tren Global


Skuter listrik bukanlah tren yang hanya terjadi di Jakarta. Justru sebaliknya, tren ini dimulai dari global. Bahkan di Amerika Serikat dan beberaoa negara Eropa sana, otoped sudah menjadi kendaraan sehari-hari untuk berpindah lokasi berjarak pendek.
Kemudian di Indonesia dan kawasan Asia Tenggara lainya tren otoped dibawa oleh perusahan aplikasi Grab melalui fitur Grabwheels. Dari sinilah kemudian bisa dengan mudah menemukan beberapa tempat yang menyewakan scooter listrik. Walaupun memang untuk di Jakarta kebanyakan penggunanya masih sekadar tahap coba dan ingin bersensasi saja.
Beda dengan di Amerika Serikat di mana kita bisa dengan sangat mudah menemukan scooter listrik. Layanan penyedia otopedpun sudah beragam. Bisa dari Lime, Skip, hingga Lyft yang merupakan saingan Uber.
Di AS sana, para pengguna Skuter listrik bisa mendapatkan akses parkir yang lebih mudah. Cukup dengan buka aplikasi peta, pengguna bisa menemukan lokasi skuter terdekat. Nantinya biaya parkir akan langsung di bebankan ke kartu kredit yang terhubung dengan aplikasinya.
Yang menarik dari hadirnya skuter listrik di AS adalah terbukanya lapangan kerja baru. Warga bisa mengumpulkan skuter-skuter yang habis daya lalu mengisi dayanya dan meletakkan kembali ke titik utama skuter. Dari sini warga bisa mendapatkan pemasukan tambahan.
Tantangan Moda Transportasi Skuter Listrik

Memang jika membandingkan perkembangan Skuter listrik di Indonesia dengan di AS akan jauh berbeda. Di AS jalur sepeda dan trotoar sangat mudah ditemukan. Itu berarti jalur scooter listrik juga mudah didapat.
Hanya saja, informasi yang didapat SpaceStock dari The Wall Street Journal menyebutkan bahwa 200 dari 650 otoped di San Fransisco dicuri atau rusak dalam waktu tak lebih dari dua minggu sejak pertama kali diluncurkan oleh salah satu perusahaan penyedia, Lime.
Bagaimana dengan di Indonesia? Grab sebagai penggagas kehadiran scooter listrik di Indonesia juga mendapat tantangan yang hampir serupa dengan yang ada di AS. Dengan tingginya tren GrabWheels yang sudah memiliki beragam titik pick up point di kota Jakarta Pusat dan Selatan, nyatanya mampu membuat warga Jakarta rela mengantri lama untuk dapat menaiki kendaraan ini.
Nah setelah dipakai oleh berbagai kalangan masyarakat, sudah sangat dipastikan tingkat kerusakan yang dilakukan oleh warga Jakarta pasti ada saja. Walaupun saat ini masih dalam kadar yang minim.
Selain itu, kehadiran GrabWheels juga bukan tanpa tantangan. Ada banyak laporan menyebutkan pelanggaran penggunaan. Terutama digunakan oleh mereka yang masih di bawah umur hingga menaiki skuter berdua.
Mulai Banyak Dijual di Pasaran
Tren Skuter listrik tak hanya datang dari Grab. Banyak pula individu yang memiliki skuter listriknya sendiri karena mulai banyak dijual di pasaran. Banyak yang berpendapat bahwa dengan memiliki kendaraan ini dapat dengan mudah mendapatkan akses jalan di tengah kemacetan.
Sekadar informasi saja, umumnya skuter listrik yang baterainya terisi penuh mampu menempuh perjalanan hingga 45 km. Jika dihitung kira-kira 3-4 jam perjalanan tanpa henti.
Soal keamanan tak perlu diragukan lagi. Skuter listrik telah dimodifikasi sehingga hanya bisa dipacu dengan kecepatan maksimal sekitar 15 km/jam – untuk Grab Wheels- atau sampai dengan 40 km/jam – untuk milik pribadi.
Salah satu penikmat scooter listrik adalah Indra. Ia sering melakukan perjalanan multi commuting memakai otoped listrik sekaligus juga MRT untuk menuju ke kantor. Dari rumah menuju stasiun Cipete menggunakan otoped. Lalu berhenti di Stasiun Plaza Mandiri, baru setelah itu kembali memakai otoped.
Ia mengaku bahwa tidak lagi stress di jalan dan lebih hemat. “Gua beli waktu itu Rp 5 jutaan di online shop. Sekarang irit banget, gak stress dijalanan,” akunya.
Jika dibandingkan dengan bawa mobil, ia bisa menyimpan uang jauh lebih banyak. Untuk sekali perjalan dengan mobil ke kantor, Indra biasa menghabiskan hingga Rp 70 ribu untuk bensin dan parkir mobil. Sedang dengan skuter cukup hanya Rp 14 ribu untuk pulang pergi naik MRT.
Penuturan yang sama juga diungkapkan oleh Anto. Ia biasa menggunakan skuter untuk perjalanan ke kantor di daerah Sudirman. Padahal sebelumnya ia biasa dijemput supir untuk untuk pergi bekerja. Ia kenal kendaraan ini ketika menempuh S-2 di Amerika.
Baca Juga: Jauh dari Hal Duniawi, Yuk Mulai Terapkan 10 Tips Hidup Minimalis Ini
Segera Dibuatkan Aturan Khusus
Di tangah tren penggunakan moda transportasi Skuter listrik, pemerintah DKI Jakarta akan membuatkan aturan mainya. Hal ini disampaikan oleh Syafrin Liputo, Kepala Dinas Perhubungan Pemprov DKI Jakarta.
Pemprov DKI Jakarta sampai dengan saat ini memang belum memiliki regulasi khusus yang mengatur skuter listrik. Tetapi akan segera melakukan kajian.
“Belum ada kalau untuk itu (baca:regulasi). Nanti akan saya kaji lebih lanjut ya. Seperti apa model bisnis mereka, kemudian kami akan mencoba komparasi dengan penyiapan jalur sepeda yang sedang digarap Pemprov DKI,” kata Syafrin dikutip dari tirto.id, Senin (7/10/2019).
Karena belum ada regulasi yang mengatur, Syafrin membenarkan jika penggunaan scooter listrik di jalanan Ibu Kota masih diperbolehkan. Hanya ia menganjurkan agar menggunakan jalur sepeda.
Selain itu, Pemprov DKI juga menyambut positif kehadiran scooter listrik. Terutama karena kendaraan ini ramah lingkungan. Ia mengatakan kalau memang itu kendaraan ramah lingkungan tentu akan kita dukung. Apalagi telah terbitnya Perpres Nomor 55 tahun 2019. (Source: Suara.com)